Teori Manunggal Agung Dhamma – Perkenalan

Revisi 20 Mei 2016; 22 Desember 2018; 6 Juli 2019; 21 Agustus 2019

1. Menurut Buddha Dhamma, SEMUA dalam eksistensi bisa diletakkan ke dalam empat realitas pamungkas (paramatthathō):

  • Pikiran (citta)
  • Kualitas pikiran atau faktor-faktor mental (cētasika)
  • Materi (rūpa)
  • Nibbāna

Entitas tersebut akan dijelaskan secara detail di “Tabel dan Ringkasan” dan bagian Abhidhamma; baca, “Abhidhamma – Perkenalan“.

  • Seluruh eksistensi “di dunia ini” bisa dijelaskan dari ketiga hal pertama. Dan mereka semua berkondisi: masing-masing terlahir dikarenakan eksistensi sebuah sebab. Jika tidak ada sebab, ketiganya tidak akan muncul. Inilah dasar sebab-akibat (paticca samuppāda) dalam Buddha Dhamma.
  • Penyebab ada sangat banyak, tapi akar dari penyebab ada enam: keserakahan, kebencian, kebodohan, tiada keserakahan, tiada kebencian, dan tiada kebodohan.
  • Nibbāna dan ketiga entitas lainnya adalah saling eksklusif (entitas di dunia ini samat sekali tidak ada di Nibbāna); baca, “Paṭha­ma­nib­bā­na­paṭi­saṃ­yutta­ Sutta (Ud 8.1)“.

2. Ketika ketiga akar keserakahan, kebencian, dan kebodohan dihapus, hasilnya Nibbāna (rāgakkhyō, dōsakkhayō, mōhakkhayō Nibbānam).

  • Ketiga akar baik (tiada keserakahan, tiada kebencian, dan tiada kebodohan) tidaklah dihapus, tapi KONDISI-KONDISI (tanhā dan upādāna) agar mereka menuntun kita ke kelahiran kembali terhapus pada saat itu. Karena itu, seseorang tidak akan terlahir kembali bahkan di “alam baik”.
  • Karena itu, seseorang sebenarnya berusaha untuk menghapus keserakahan, kebencian, dan kebodohan, yang adalah “san“; baca, “Apa itu ‘San‘?“. Inilah kunci menuju Nibbāna, seperti yang terpapar di dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan.
  • Karena tidak muncul karena penyebab-penyebab, Nibbāna adalah permanen.

3. Citta timbul dan tenggelam dalam tingkat yang sangat cepat: milyaran citta bisa timbul dan hilang setiap detik. Tapi seperti yang akan kita lihat di bagian Abhidhamma, “pikiran aktif” seperti itu terjadi relatif jarang-jarang dalam “ledakan-ledakan cepat” atau citta vithi. Cētasika “tertanam” di setiap citta. Semuanya ada 89 jenis citta dan 52 jenis cētasika; baca, “Tabel dan Ringkasan“. Karena itu alam mental sangatlah rumit.

4. Materi (rūpa) terdiri dari 28 unit dasar, dan hanya empat yang benar-benar pokok. Namun, unit terkecil tak terpisahkan yang membentuk apapun di dunia ini disebut “suddhātthaka“; baca, “Rupa – Mekanisme Generasi” dan “Asal Usul Materi – Suddhātthaka“. Suddhātthaka memiliki masa hidup sangat panjang ber-mahā kalpa (seumur alam semesta). Seluruh “benda berwujud” di alam semesta terbuat dari suddhātthaka ini, dan “benda-benda komposit” tersebut disebut sankata.

  • Semua sankata di “dunia ini” tunduk pada perubahan. Setiap sankata (intinya benda-benda materi) memiliki umur hidup yang bisa lebih pendek dari satu detik atau sepanjang milyaran tahun (sebuah bintang sebagai contoh)

5. Banyak orang menyalahartikan “udayavaya” atau pembentukan dan pemecahan sankata, berarti apapun termasuk suddhātthaka, terus-menerus muncul-hilang; mereka mencoba menyambungkannya dengan “ketidakkekalan” yang secara salah diartikan sebagai anicca. Sebaliknya, suddhātthaka memiliki masa hidup yang sangat panjang.

6. “Hasil akhir” dari sifat udayavaya seluruh sankata diringkas oleh sang Buddha sebagai Tiga Karakteristik “dunia ini”: anicca, dukkha, anatta. Tapi anicca BUKAN ketidakkekalan, dan anatta BUKAN “tiada diri”; baca, “Anicca, Dukkha, Anatta – Penafsiran Salah“.

  • Secara singkat, (i) tidak memungkinkan untuk mencari DAN mempertahankan kebahagian dalam hal apapun di “dunia ini”, (ii) karenanya kita menjadi kebingungan dan menderita, dan (iii) karena itu seseorang menjadi tak berdaya (tidak dalam kontrol). Penting untuk menyadari bahwa hal tersebut mencirikan bukan hanya kehidupan ini, tapi proses kelahiran kembali tanpa awal kita di “dunia lebih luas ini” pada 31 alam yang dijelaskan di bawah.
  • Walaupun batang emas hampir permanent berdasarkan masa hidup kita, kita tetap tidak bisa “mempertahankannya sepuas kita” karena kita harus meninggalkannya (dan hal lainnya) ketika kita meninggal.
  • Dan ini semua dikarenakan “udayavaya” dari sankata, semua yang kita alami; baca, “Akar Penyebab Anicca – Lima Tahap Sebuah Sankata“.

7. Karena itu, TIDAK ADA apapun “di dunia ini” yang kekal (kecuali “nama gotta“; baca di bawah). Semuanya selalu berubah. Inilah dasar alasan mengapa tidak ada apapun “di dunia in” yang bisa dipertahankan sesuai ekspektasi seseorang; baca, “Hukum Termodinamika Kedua adalah Bagian dari Anicca!“.

  • Beberapa hal bisa bertahan lebih lama dari yang lainnya, tapi tidak ada yang kekal. Semuanya BERKONDISI, muncul karena sebab-sebab. Ketika sebab-sebab dihilangkan, tidak ada yang muncul. Sehingga dikatakan bahwa segala hal “di dunia ini” TERKONDISI.
  • Yang terkecualikan adalah “nama gotta” yang adalah catatan permanen untuk sebuah “aliran kehidupan”; baca, “Bukti Terbaru untuk Rekaman Ingatan Tak Terputus (HSAM)“. Inilah cara seseorang dengan kekuatan abhinna bisa pergi dan lihat kehidupan-kehidupan lampau seseorang; beberapa anak-aak bisa mengingat kehidupan-kehidupan lampau mereka juga. Catatan tersebut permanen.

8. Dunia ini yang terbuat dari citta, cētasika, dan rūpa sangatlah rumit, dan makhluk-makhluk bisa terlahir di 31 alam, dan dari semua itu kita hanya bisa “melihat” dua alam: manusia dan binatang.

  • Pikirkan fakta bahwa semua materi biologis terdiri hanya dari empat basis DNA, dan semua kode komputer hanya terdiri dari dua unit, 0 dan 1. Sehingga, seseorang bisa melihat betapa rumitnya pikiran ketika ada 89 jenis citta dan 52 jenis cētasika yang terlibat!

9. Nibbāna, kebalikan dari citta, cētasika, dan rūpa, TIDAK BERKONDISI. Nibbāna tercapai ketika seluruh sebab telah dilenyapkan; sehingga hal itu permanen.

  • Nibbāna tercapai dalam empat langkah atau tingkatan: Pemasuk Arus (Sōtapanna), Yang Kembali Sekali Lagi (Sakadāgāmi), Yang Tidak Kembali Lagi (Anāgāmi), Arahant.
  • Pada setiap tingkat, sebab-sebab (atau “gathi“) yang bisa menyebabkan kelahiran-kelahiran di beberapa dunia telah “dihilangkan”; baca, “Gati, Bhava, and Jāti“. Sebagai contoh, pada tingkat Sōtapanna, gathi kebencian yang cocok dengan makhluk-makhluk di niraya, gathi keserakahan yang cocok dengan para peta (hantu-hantu kelaparan), dll telah dihilangkan.
  • Semua sebab (dan semua “gathi“) benar-benar terhapus pada tingkat Arahant. Namun, seorang Arahant hidup sebagai manusia biasa sampai meninggal, dan tidak dilahirkan kembali di manapun di “dunia ini” pada kematian. Hal ini didiskusikan lebih dalam di tulisan-tulisan lain, tapi mari kita pertama-tama memeriksa apa yang dimaksud sang Buddha dengan “dunia ini” pada bagian berikut ini.

Tiga Puluh Satu Alam Kehidupan

Berikut adalah video dari Carl Sagan untuk mendapatkan pandangan bagaimana luasnya “alam semesta yang terdeteksi” kita:

“Pandangan dunia” seorang Buddha tidaklah hanya tentang makhluk hidup di planet ini. Sistem Tata Surya kita adalah salah satu dari “sistem dunia” yang tak terhingga (sistem planet). Pada SETIAP sistem planet dengan kehidupan (para ilmuwan belum menemukan bahkan satu; tapi mereka ada di luar sana!), ada 31 “alam kehidupan”. Seperti yang akan kita ketahui di bawah, kita bisa “melihat” hanya dua alam ini: alam manusia kita dan alam binatang. Sehingga “dunia” kita jauh lebih rumit daripada yang dipercaya sains saat ini.

Seperti yang beberapa dari kalian ketahui, sains tidak bisa menjelaskan 95% dari massa alam semesta, yang mereka label dengan “energi gelap” dan “materi gelap”. Inilah mengapa saya katakan sang Buddha melampaui “dunia ini”; baca, “Kekuatan Pikiran Manusia – Perkenalan“. Dia dapat “melihat” seluruh eksistensi; baca, “Teorema Ketaklengkapan Godel” di bawah “Dhamma dan Sains“.

  • Suatu makhluk di sebuah alam kehidupan terlahirkan kembali di salah satu 31 alam saat kematian; hal ini terjadi secara instan dan bukti untuk mekanisme tersebut pelan-pelan muncul dari mekanika kuantum; baca, “Keterkaitan Kuantum – Kita Semua Terhubung“.

Sang Buddha telah menjelaskan alam-alam kehidupan berbeda ini dalam banyak sutta, dan sebuah ringkasan mudah telah disampaikan di: “31 Alam Kehidupan“. Untuk diskusi lebih detail, baca, “31 Alam Yang Terkait Dengan Bumi“. Pada poin selanjutnya saya akan menggunakan sebuah gambaran untuk sedikit menyederhanakan hal-hal dan untuk menyediakan penjelasan mudah tentang Nibbāna sehubungan dengan “dunia kehidupan yang lebih luas”.

  • Bayangkan sebuah bola dengan 31 cangkang, dengan sebuah bola kecil di tengah. Sehingga total volume bola besarnya terisi penuh oleh bola di pusat dan cangkang di sekelilingnya. Seluruh 31 bagian mewakili 31 alam kehidupan. Saya tekankan bahwa ini hanyalah sebuah gambaran. Kenyataannya berbeda. Sebagai contoh, alam binatang dan manusia hadir berdampingan pada nyatanya. Waktu dan ruang juga tak terbatas pada nyatanya.

1. Sebelas (11) cangkang terdalam mewakili kāma lōka, yang mana seluruh lima indera jasmani hadir.

  • Bola terdalam mewakili niraya (neraka), alam yang penuh penderitaan tiada akhir; berikutnya adalah alam binatang. Semakin keluar ada dua alam yang penderitaannya lebih tinggi daripada di alam manusia.
  • Alam manusia berada di cangkang kelima. Di sini adalah alam terakhir di mana keserakahan, kebencian, dan kebodohan semuanya merajalela. Namun, di sini juga tempat yang unik dalam maksud manusia juga bisa menghapus ketiga hal tersebut dan mencapai Nibbāna.
  • Cangkan keenam sampai kesebelas mewakili alam para deva (diartikan secara salah sebagai Tuhan oleh banyak orang). Deva tidak memiliki tubuh padat dengan daging dan darah, karena itu mereka tidak ada penyakit fisik. Mereka tidak menghasilkan pikiran-pikiran serakah.

2. Enam belas (16) cangkang berikutnya mewakili alam-alam di mana hanya dua indera tubuh (mata dan telinga) yang aktif, dengan tambahan pikiran. Makhluk-makhluk ini memiliki tubuh yang sangat halus, bahkan lebih halus dari para deva. Alam ini disebut rūpa lōka.

3. Empat (4) cangkang terakhir mewakili arūpa lōka, di mana para makhluk memiliki tubuh yang lebih halus lagi dibandingkan makhluk di rūpa lōka dan hanya ada pikiran; tidak ada sensasi tubuh.

4. Di rūpa dan arūpa lōka, pada makhluk berada dalam kondisi jhāna, dan mereka tidak memiliki keserakahan ataupun kebencian; tapi mereka masih memilik kebodohan.

  • Kondisi-kondisi tersebut bisa dicapai oleh manusia dan karena itu seorang manusia bisa “hidup sementara” di alam-alam tersebut dengan mencapai jhāna; baca, “Kekuatan Pikiran Manusia – Anariya atau Jhana Duniawi“.
  • Keenam belas alam di rūpa lōka berhubungan dengan empat jhāna lebih rendah dan keempat alam di arūpa lōka berhubungan dengan empat jhāna lebih tinggi.

5. Sekarang, kebanyakan dari kalian mungkin berpikir, “Bagaimana saya mengetahui ini semua benar? Apakah ada bukti?”. Ada banyak hal yang tidak kita ketahui mengenai “dunia ini”. Kita tidak bisa mengandalkan indera-indera kita atau bahkan sains untuk verifikasi atau mengonfirmasi ini; baca, “Pandangan Salah (Micca Ditthi) – Sebuah Analisis Mudah” dan “Dhamma dan Sains“.

  • Hanya dalam sekitar 50 tahun terakhir sains telah menerima bahwa dunia kita lebih besar daripada beberapa galaksi (sekarang sains telah mengonfirmasi bahwa ada milyaran galaksi!).
  • Selain itu, penemuan-penemuan terbaru (masih harus dikonfirmasi) dalam teori dawai (string theory) menunjukkan bahwa kita hidup di dunia 10 dimensi (tentu kita tidak bisa melihat ruang dimensi lain), bukan dunia 3-dimensi. Untuk melihat dimensi lain secara unik, baca, “Apa Yang Terjadi di Dimensi-Dimensi Lain“.

6. Setiap makhluk hidup (termasuk diri kita) pernah hidup di setiap alam di sansāra (atau samsāra) tanpa awal ini. Kita pernah berada di niraya (neraka) dan kita pernah berada di yang tertinggi (kecuali Śuddhāvāsa di rūpa lōka yang hanya bisa diakses oleh para Anāgāmi atau Yang Tak Kembali Lagi). Suatu waktu sang Buddha menunjuk ke sekelompok semut di tanah dan memberi tahu para bhikkhu kalau setiap semut itu pernah hidup di brahma lōka. Sansāra begitu panjangnya; tidak ada awal yang bisa diketahui.

7. Di atas alam manusia, penderitaan jauh lebih sedikit (kecuali kematian, yang tidak bisa dihindari). Namun, kecuali seseorang telah mencapai paling tidak tahap Pemasuk Arus (Sōtapanna), bahkan di tingkat tertinggi bisa jatuh ke tingkat manapun yang lebih rendah, dan dengan begitu bisa berakhir di niraya (neraka) pada suatu titik; ketika sudah di situ, seseorang harus tersiksa dalam waktu yang lama dan pada akhirnya akan keluar. Setiap dari kita telah melakukan ini berkali-kali. Penyebab kelahiran kembali di setiap alam dapat dijelaskan dalam istilah “biji kamma“; baca, “Sankhara, Kamma, Kamma Beeja, Kamma Vipaka“.

8. Jadi, setiap makhluk hidup hanya bergerak dari satu alam ke alam lain, tapi menghabiskan waktu paling banyak di empat alam rendah, terutama karena ketika sudah masuk ke sana, sebuah hal yang sulit untuk keluar. “Pengembaraan sansāra” ini adalah poin penting yang harus dipikirkan dan dipahami.

9. Ketika seseorang menjauh dari pusat, tingkat penderitaan berkurang dan tingkat kenikmatan indriawi meningkat sampai ke alam ke-11. Setelah itu di rūpa dan arūpa lōka, hanya ada kenikmatan jhāna, bukan kenikmatan indriawi; baca, “Tiga Jenis Kebahagiaan – Apa itu Niramisa Sukha?“.

10. Alam manusia dan alam binatang adalah satu-satunya di mana sebuah makhluk terlahir dari orang tua. Di alam-alam lainnya, para makhluk terlahir secara instan, terbentuk utuh, dalam sekejap (cittakkhana) saat meninggal di kehidupan sebelumnya. Inilah kelahiran opapatika (sekejap). Inilah yang dikatakan sang Buddha, “manō pubbangamā dhammā………..“. Pikiran adalah akar penyebab, bukan materi.

  • Seperti yang dibahas di bagian Abhidhamma, bahkan para manusia dan binatang memulai “bhava” mereka secara opapatika (sekejap) sebagai ghandabba; baca, “Ghandabba (Manomaya Kaya)“. Mereka mulai membangun “tubuh fisik padat” setelah masuk ke dalam kandungan.

11. Seorang manusia yang menjadi Arahant atau mencapai Nibbāna, tidak akan terlahir kembali di 31 alam ini. Sehingga, Nibbāna tidak sulit untuk dimengerti, dan bisa dilihat dari sudut pandang lain; naca, “Nibbāna – Apakah Sulit Untuk Dimengerti?“, dan “Apa itu Rupa? Hubungan Dengan Nibbāna”, dan tulisan-tulisan lainnya (omong-omong, kalian bisa langsung mengetik kata kunci di “Kotak Pencarian” di bawah untuk mencari daftar tulisan-tulisan lainnya).

  • Nibbāna, dalam model saat ini, sesuai dengan keluar dari seluruh 31 cangkang, di luar dari bola besar; tidak ada kelahiran kembali lagi di 31 alam manapun. Nibbāna adalah lokasi dari sukha permanen atau nirāmisa sukha.
  • Ketika seseorang mencapai Nibbāna atau Arahant, dia terlihat seperti manusia lainnya, tapi tidak memiliki ikatan terhadap benda keduniawian apapun. Dia masih memiliki kamma vipāka untuk dibayar dari biji kamma yang dia bawa saat lahir. Ketika kekuatan kamma tersebut tergunakan, dia meninggal dan tidak terlahir kembali karena dia tidak akan “secara sukarela menggenggam” (atau “upādāna) apapun dari kelahiran-kelahiran yang memungkinkan.

12. Mengapa kita terperangkap di 31 alam? Karena kita memahami bahwa ada kebahagiaan yang bisa digapai di “dunia ini”. Kita tidak sadar bahwa ada banyak penderitaan di empat alam rendah; banyak orang melihat kehidupan mereka dan berkata, “mana penderitaan yang Buddha katakan?”. Sebenarnya penderitaan tersembunyi yang ada bukan hanya di dunia ini, tapi kebanyakan di empat alam rendah. Masalahnya adalah ketika terjatuh ke sana, sangat sulit untuk naik, karena di alam-alam tersebut – termasuk alam binatang – para makhluk lebih seperti robot; mereka tidak memiliki pikiran yang berkembang seperti manusia dan saat itu sudahlah telat.

  • Tiada siapapun atau kekuatan luar manapun yang mengekang kita di “dunia” 31 alam ini; kita puas dengan kenikmatan indrawi, tidak melihat penderitaan “dalam jangka panjang” (bahkan di kehidupan saat ini saat kita semakin tua), sehingga kita melekat kepada apapun di dunia ini seperti sebuah gurita menangkap mangsanya dengan seluruh delapan kakinya. Dan kita tidak sadar bahwa ada jenis kenikmatan lebih baik di Nibbāna, dengan melepas “dunia ini”; baca, “Tiga Jenis Kebahagiaan – Apa itu Niramisa Sukha?“. (Lalu, kecuali seorang Buddha datang, kita tidak akan tahu mengenai 31 alam dan tidak akan sadar mengenai penderitaan di empat alam rendah).

13. Apakah kita bisa merasakan “kenikmatan” Nibbāna? Ya, kita bisa merasakannya secara bertahap, bahkan di bawah tahap Pemasuk Arus (Sōtapanna); baca, “Bagaimana Cara Merasakan Nibbāna“. Inilah nirāmisa sukha, “kenikmatan meninggalkan hal-hal duniawi”.

  • Nirāmisa sukha ini memiliki “lompatan kuantum” (perubahan instan yang besar) di empat tahap Nibbāna: Pemasuk Arus, Yang Kembali Sekali Lagi, Yang Tidak Kembali Lagi, dan Arahant. Sehingga ketika seseorang berada di Jalur, ia bisa merasakan nirāmisa sukha pada tingkat yang berbeda-beda, terus sampai ke kebahagiaan Nibbāna, pada kehidupan ini juga; baca, bagian akhir “Empat Tahap Dalam Mencapai Nibbāna“.

14. Seluruh 31 alam ini berlokasi di tata surya kita (cakkavāla atau Chakrawāta dalam Sinhala), dan terkait dengan Bumi. Ada begitu banyak cakkavāla (sistem planet) seperti ini yang selalu ada bersama makhluk hidup.

  • Mereka berada dalam “sistem dunia” kelompok kecil, medium, dan besar (galaksi, gugusan galaksi, dan gugusan super). Tapi tidak ada yang permanen. Mereka muncul dan akhirnya musnah. Dalam sekitar 100 tahun terakhir , para ilmuwan telah mengonfirmasi adanya milyaran sistem planet di dalam setiap galaksi dan milyaran galaksi seperti itu di alam semesta kita.

Faktor besar lainnya yang perlu diperhitungkan adalah bahwa kita telah lahir di hampir seluruh alam-alam ini di perjalanan sansāra kita yang tidak bisa dicari awalnya. Kita semua telah melompat-lompat “di dalam bola” (terutama di bagian yang dalam) dari awal yang bahkan tidak dapat dilihat oleh seorang Buddha.