31 Alam Yang Terkait dengan Bumi

20 Mei 2016; Revisi 29 November 2018; 25 April 2019; 27 Agustus 2019; 10 Maret 2020

1. Ada banyak hal di “dunia ini” yang tidak bisa kita lihat, dengar, dll (cth, dirasakan dengan enam indra kita). Para ilmuwan mengakui bahwa mereka tidak bisa memahami 96% “benda” yang membuat alam semesta kita. Baca, “The 4 Percent Universe: Dark Matter, Dark Energy, and the Race to Discover the Rest of Reality”, oleh Richard Panek (2011). Untuk informasi lebih lanjut, silakan mencari “dark energy, dark matter” atau “energi gelap, materi gelap”.

  • Banyak bentuk energi tidak memiliki massa (bobot) yang signifikan tapi ada di dunia.
  • Contoh yang bagus adalah fakta bahwa kita tidak menyadari jumlah besar “informasi” yang mengelilingi kita. Ada ratusan dan ribuan sinyal radio dan televisi di kota-kota besar. Kita tidak bisa melihat atau mendengar program apapun (cth, kita tidak menyadari eksistensi mereka) tanpa menggunakan radio atau televisi yang “dicocokkan” ke frekuensi yang tepat.
  • Dalam hal yang sama, kita tidak menyadari eksistensi 29 dari 31 alam yang berpusat di sekitar Bumi. Para makhluk hidup di beberapa alam tersebut hidup berdampingan dengan kita, tapi kita tidak menyadarinya. Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini memiliki tubuh “yang seperti bentuk energi” daripada tubuh padat.
  • Dengan teknologi deteksi yang lebih baik, kita mungkin akan bisa berkomunikasi dengan beberapa makhluk hidup dengan tubuh halus ini di masa depan. Pastinya, mereka yang mengembangkan kekuatan abhiññā juga bisa melihat beberapa dari mereka. Kita akan kembali ke hal ini di bawah, tapi pertama-tama mari kita bahas perkiraan lokasi dari 31 alam ini.

2. Buddha Dhamma mengatakan ada 31 alam yang terhubung dengan setiap sistem planet yang dapat ditinggali (cakkavāla). Dan ada jumlah yang tak terhingga di alam semesta (fakta ini telah dikonfirmasi oleh sains).

  • Sains modern secara perlahan mengonfirmasi pandan dunia lebih luas ini yang telah dijelaskan oleh sang Buddha 2500 tahun yang lalu; baca, “Dhamma dan Sains – Perkenalan“. Hanya beberapa ratus tahun yang lalu, dunia Barat menerima sebuah alam semesta yang terpusat di sekitar Bumi dengan bintang-bintang “yang terpasang di sebuah bola langit”; baca, “Bola Langit“.

3. Dalam tulisan, “Teori Manunggal Agung Dhamma – Perkenalan,” kita menjelaskan sebuah model yang terdiri dari 31 “cangkang” yang memiliki pusat yang sama. Kenyataannya kurang lebih dekat dengan analogi tersebut, dengan beberapa fitur tambahan. Saya telah menyusun ringkasan dari 31 alam di sebuah tabel “31 Alam Eksistensi“.

  • Bola dengan 31 cangkang konsentris tumpang tindih dengan Bumi. Alam terendah, niraya (atau neraka) terletak jauh di dalam Bumi.
  • Empat alam berikutnya (petta, asurā, binatang, dan manusia) lebih dekat dengan permukaan bumi. Ada beberapa petta apāyā jauh di dalam Bumi, tapi beberapa petta tinggal di permukaan. Para asurā juga tinggal di permukaan, tapi kebanyakan di lokasi terpencil seperti di lautan dan pegunungan terpencil. Manusia tidak bisa melihat petta dan asurā.
  • Ada banyak sutta di dalam Tipitaka yang menjelaskan ketiga alam tersebut (niraya, petta, asura) dengan rinci. Kita akan membahasnya di masa depan. Peta Vatthu di dalam khuddaka NIkaya dari Tipitaka menjelaskan tentang petta dan juga gandhabbā.

4. Tentunya, manusia dan binatang hidup di permukaan Bumi. Para gandhabbā hanya milik bhava manusia atau binatang. Gandhabbā tersebut menunggu rahim yang cocok untuk dilahirkan dengan tubuh manusia (atau binatang); baca, “Gandhabba (Manomaya Kaya)“.

  • Sehingga kita mengatakan gandhabbā tersebut berada di para lōka (akhirat). Walaupun mereka hidup berdampingan dengan kita, kita tidak bisa melihat tubuh halus mereka: “Dunia Tersembunyi Gandhabba: Akhirat (Para Lōka)“.
  • Jadi, dunia kita jauh lebih rumit dari yang kita pikirkan.

5. Berikutnya adalah enam alam untuk para deva. Alam terendah dari enam alam deva berada di permukaan bumi. Para deva tersebut disebut Bhummatta deva, dan mereka bagian dari alam Cātummahārājika deva; baca, “31 Alam Eksistensi“. Mereka hidup kebanyakan di kediaman (deva vimāna) mereka berdasarkan pepohonan. Tentunya kita tidak bisa melihat mereka atau “kediaman” mereka.

  • Alam-alam deva yang lebih tinggi menjangkau ke luar Bumi.
  • Alam-alam 16 rupa mencapai bahkan lebih tinggi di atas Bumi.
  • Empat alam arupa lōka terletak bahkan lebih jauh lagi dari Bumi.
  • Semua alam-alam ini terpusat dengan inti Bumi. Dengan berputarnya Bumi di sumbunya dan mengelilingi Matahari, semua 31 alam bergerak bersama Bumi, seperti alam manusia.
  • Buddha telah menamakan berbagai alam ini dalam berbagai sutta utama, sebagai contoh, dalam Dhammacappavattana Sutta (SN 56.11) dan Maha Samaya Sutta (DN 20).

6. Secara umum, para makhluk di alam yang lebih tinggi bisa “melihat” mereka yang di bawah, tapi tidak sebaliknya (jika bertemu “tatap muka”). Sebagai contoh, para deva bisa melihat kita, tapi tidak bisa melihat para rupi atau arupi brahmā. Para rupi brahmā bisa melihat para deva, tapi tidak bisa melihat para arupi brahmā.

  • Dari tulisan sebelumnya, “Dua Dunia Kita: Materi dan Batin“, kita tahu bahwa hanya ada jejak dari materi “asli” (suddhāṭṭhaka) di alam-alam arupa. Sehingga para makhluk di 27 alam lainnya tidak bisa “melihat” para arupi brahmā.
  • Ketika seseorang mengembangkan kekuatan abhiññā, dikatakan ia jadi bisa “melihat” alam-alam lebih tinggi berturut-turut. Tentunya seseorang perlu masuk ke dalam jhana keempat untuk mengembangkan kekuatan abhiññā seperti itu. Pada akhirnya, ketika seseorang mengembangkan jhana kedelapan (dan bisa masuk ke dalam attha samāpatti), ia akan bisa melihat banyak dari 31 alam.

7. Sekarang mari kita melihat “benda-benda” di dunia ini dari perspektif yang berbeda. Dasar pemikiran fundamental Buddha Dhamma adalah sebagai berikut: “energi” tertanam dalam putaran (bramana dalam Pali), dan dalam rotasi (paribbramana dalam Pali).

  • Unit terkecil materi, sebuah suddhāṭṭhaka, tidak berdiam diri. Tergantung dari putarannya (bramana) dan rotasinya di sekitar sesuatu (paribbramana), “mode energi” lain dan “jenis rupa” muncul.
  • Mudah untuk membayangkannya dengan memikirkan gerakan Bumi. Kita semua tahu bahwa Bumi berotasi (paribbramana) mengelilingi Matahari, dan membutuhkan satu tahun untuk menyelesaikan satu revolusi mengelilingi Matahari.
  • Selagi melakukannya, Bumi berputar dengan sumbu Utara-Selatan; ini adalah perputaran (bramana). Membutuhkan satu hari untuk Bumi menyelesaikan putaran tersebut.
  • Berikut adalah video bagus yan membahas sifat universal ini:

8. Ada jumlah cakkavāla (sistem bintang atau kumpulan planet-planet berevolusi mengelilingi sebuah bintang) yang tak terhingga di alam semesta kita. Setiap planet di “sistem bintang” seperti itu menjalani perputaran di sumbunya dan berotasi mengelilingi bintang. Sains telah mengonfirmasi hal ini dalam beberapa ratus tahun terakhir.

  • Masing-masing dari setiap cakkavāla mungkin memiliki planet-planet “seperti Bumi” dengan 31 alam mereka.
  • Kumpulan dari ribuan cakkavāla seperti itu disebut sebagai “cūḷanikā lokadhātu” atau sebuah “sistem dunia kecil”. Ribuan sistem seperti itu disebut “majjhimikā lokadhātu” atau “sistem dunia medium”. Kumpulan ribuan sistem berikutnya disebut “mahāsahassī lokadhātu” atau “sistem dunia besar”; baca, “Cūḷanikā Sutta (AN 3.80)“.
  • Baca juga, “Paṭha­ma­kosala Sutta (AN 10.29)” dan “Buddhisme dan Evolusi – Aggañña Sutta (DN 27)”.

9. Para ilmuwan juga telah mengonfirmasi kalau semua partikel dasar (partikel terkecil yang bisa dideteksi para ilmuwan) memiliki putaran. Lebih lanjut, dalam sebuah atom, elektron bisa dibilang “berotasi” mengelilingi nukleus, dalam sebuah analogi kasar dengan Bumi berotasi mengelilingi Matahari.

  • Lalu Tata Surya kita juga berotasi. Kumpulan yang lebih tinggi berikutnya (sebagai contoh, galaksi) juga berotasi. Karena rotasi ini, semua struktur cenderung merata. Misalnya, di Tata Surya kita, semua planet berada di sebuah bidang. Dalam cara yang sama, semua galaksi di sebuah kumpulan galaksi berada di lingkaran datar.
  • Karena itu, walaupun kita melihat langit malam berbintang yang sangat tenang, benda-benda di luar sana selalu bergerak konstan. Selanjutnya, ada ledakan bintang (supernova) brutal yang terjadi milyaran kali setiap tahun di alam semesta yang terlihat.
  • Karena itu kenyataan di luar sana sangat jauh berbeda dibandingkan dengan yang kita lihat dengan daya indra kasar kita. Semua atom dan molekul di tubuh kita selalu bergerak konstan, belum lagi putaran dan rotasi suddhāṭṭhaka tak terhitung yang membentuk mereka.
  • Sehingga, semua di sekeliling kita selalu mengalir konstan. Indra kita hanya tidak mampu mendeteksinya.

10. Sains modern juga telah memungkinkan kita untuk melihat lebih banyak makhluk hidup di sekitar kita. Sebagai contoh, dunia Barat tidak menyadari eksistensi makhluk hidup mikroskopis sampai kedatangan mikroskop oleh Leeuwenhoek pada abad ke-17: https://id.wikipedia.org/wiki/Antony_van_Leeuwenhoek.

  • Sekarang kita tahu bahwa ada milyaran makhluk hidup di tubuh seorang manusia. Baca, “Ada Banyak Makhluk di Tubuhmu Sebanyak Manusia di Bumi!“.
  • Semoga teknologi baru bisa memungkinkan kita “melihat” banyak makhluk hidup yang berada di alam petta, asura, dan deva – dan juga para gandhabbā – di masa depan.
  • Walaupun ada beberapa klaim yang mendeteksi suara mengerikan dari niraya jauh di dalam Bumi, mereka belum dikonfirmasi; baca, “Apakah Neraka (Niraya) Ada?“.

11. Ketika seseorang naik ke alam-alam yang lebih tinggi, ikatan terhadap aspek materi berkurang. Karena itulah para makhluk hidup di alam-alam yang lebih tinggi memiliki alat indra lebih sedikit.

  • Di kāma lōka, seseorang memiliki enam indra. Di sanapun, alam para deva yang lebih tinggi memiliki “kontak indra yang lebih lemah” dengan tubuh yang tidak terlalu padat yang tidak bisa kita lihat.
  • Rupi-brahmā memiliki “tubuh” yang jauh lebih halus dibandingkan dengan para deva kāma lōka. Mereka tidak memiliki indra sentuhan, rasa, dan penciuman.
  • “Materi” sangat halus di alam rupa dan arupa lōka yang lebih tinggi. Karena itu, bahkan di penghancuran akhir sebuah cakkavāla (dalam ledakan supernova), alam-alam di atas alam Abhassara (alam #17) tidak hancur. Sehingga umur kehidupan para brahma tersebut jauh lebih panjang dari satu mahā kappa (satu eon atau umur alam semesta); baca, “31 Alam Eksistensi“.

12. Sekarang kita bisa mengerti mengapa kita tidak bisa melihat 29 alam lainnya.

  • Di alam-alam lebih tinggi di sekitar Bumi, para makhluk hidup (dan lingkungan mereka) memiliki materi padat yang sangat sedikit. Itulah mengapa kita tidak bisa melihat mereka atau kediaman mereka.
  • Empat alam arupa kebanyakan tidak memiliki bahkan unit materi terkecil (suddhāṭṭhaka). Alam-alam rupa lōka dan bahkan pada alam-alam deva di kāma lōka terbuat dari materi sangat halus yang tidak bisa kita lihat.
  • Para makhluk di niraya (neraka) memilik tubuh sangat padat yang mengalami berbagai bentuk siksaan; tentunya, alam tersebut terletak jauh di dalam Bumi.

13. Kita terbiasa dengan pandangan “tubuh fisik padat yang terlihat” manusia dan binatang. Hal itu disebut “ghana saññā“. Namun, tubuh fisik tersebut kebanyakan “kosong”. Hal itu karena atom-atom, yang adalah bahan dasar pembangun, kebanyakan kosong.

  • Terlebih lagi, tubuh fisik kita semua dimulai dari sebuah sel (zigot) di rahim seorang ibu. Seseorang membutuhkan mikroskop untuk melihat satu sel. Sebuah gandhabba (yang bahkan lebih kecil dari sebuah sel) bergabung dengan zigot tersebut yang terbentuk dari penyatuan seorang ibu dan ayah. Baca, “Penjelasan Buddhis Mengenai Pembuahan, Aborsi, dan Kontrasepsi“.
  • Sebelum memasuki rahim, gandhabba tersebut memilik tubuh halus mirip dengan rupi brahma. Lalu sel tersebut bertumbuh dengan mengambil makanan dahulu dari ibunya, lalu dengan makan setelah keluar dari rahim. Tubuh fisik berat kita dihasilkan dari akumulasi materi lembam (dengan memakan makanan).
  • Dan seperti yang telah kita bahas di “Bhava dan Jāti – Kondisi Eksistensi dan Kelahiran di Dalamnya“, bhava manusia bisa tidak berakhir pada kematian fisik dari tubuh padat yang hidup sekitar 100 tahun. Sebuah bhava manusia bisa bertahan selama ribuan tahun, dan arus kehidupan tersebut melanjutkan eksistensinya di banyak “tubuh fisik” dengan gandhabba-nya sebagai basis.

14. Sebagai contoh, cerita-cerita kelahiran kembali, tubuh fisik dalam kelahiran yang berlanjut berbeda, walaupun kemungkinan ada beberapa kemiripan; baca, “Bukti Kelahiran Kembali“. Di antara kehidupan berturut-turut, arus kehidupan berlanjut hanya dalam bentuk intinya, gandhabba.

  • Tubuh padat berbobot beberapa puluh kilogram yang kita anggap sebagai “aku,” hanyalah sebuah cangkang. Ketika gandhabba meninggalkan tubuh — entah pada kematian atau terkadang saat operasi jantung (baca, “Manomaya Kaya dan Pengalaman Keluar Tubuh (OBE)“), tubuh tersebut tidak memiliki atribut kehidupan.
  • Itu adalah cara sangat baik untuk merenungkan “ghana saññā” atau untuk menyadari bahwa tubuh fisik kita kebanyakan materi mati; sebuah cangkang yang ditinggali gandhabba. Jika seseorang berbobot 150 kg kehilangan 50 kg dari bobotnya, apakah berarti orang tersebut “hilang” satu per tiga dari identitasnya? Orang tersebut masih orang yang sama karena gandhabba-nya sama.
  • Pada akhirnya semua makhluk di 31 alam memiliki “tubuh batin” sangat murni yang bisa dibandingkan dengan gandhabba. Bahkan dengan mikroskop terbaik kita, kita tidak bisa melihat “tubuh” sangat murni mereka.

15. Keseluruhan gambaran di atas memberikan kita perspektif mengenai betapa bodohnya kita untuk fokus terhadap kekayaan materi, gelar, dll, yang paling lama 100 tahun dalam kehidupan ini. Dengan hidup bermoral, dan dengan melakukan banyak perbuatan baik, kita bisa melakukan “investasi” lebih besar untuk masa depan. Caranya dengan mengumpulkan jasa-jasa yang bisa menuntun ke kelahiran kembali di dunia para deva atau brahma yang hanya ada sedikit penderitaan dan tidak ada penyakit fisik.

  • Tapi bahkan di alam-alam lebih tinggi tersebut, kematian tidak dapat dihindari, tidak peduli seberapa panjang umurnya. Terutama, tidak bisa kabur dari kemungkinan kelahiran masa depan di empat alam terendah. Sehingga hanya Nibbāna-lah solusi permanen.

16. Berikut adalah video yang cukup baik yang menjelaskan sifat umum dari 31 alam:

Bacaan berikutnya dalam serial ini, “Gandhabba – Hanya di Alam Manusia dan Binatang.”