Revisi 9 November 2019; 13 Maret 2020
Apa Yang Kita Lihat Terbatas
1. Banyak orang yang mencoba untuk menganalisis dan mengartikan Buddha Dhamma dengan apa yang bisa kita lihat melalui enam indra kita. Namun, ada banyak di dunia ini yang tidak kita sadari, seperti yang sudah ditunjukkan sains dalam beberapa tahun ini.
- Sang Buddha mengatakan kalau Dhamma-nya “belum pernah diketahui oleh dunia”. Tapi banyak orang yang berusaha menjelaskan ajaran inti Buddha menggunakan konsep konvensional. Hanya seorang Buddha yang bisa benar-benar melihat sifat asli dari dunia ini dengan 31 alam; baca, “Pandangan Dunia Lebih Luas Sang Buddha.” Seorang murid Mulia Buddha (seseorang yang sudah mencapai magga phala) bisa mulai melihat beberapa aspek dari dunia yang lebih luas.
- Ini pernah terjadi sejak Nagarjuna dan nenek moyang lain dari “Buddhisme Mahayaṃa” mencoba untuk menjelaskan Nibbāna dalam berbagai konsep seperti “suññatā” atau “kekosongan”; baca, “Saddharma Pundarika Sutra (Lotus Sutra) – Sebuah Analisis Terfokus” dan “Apa itu Sunyata atau Sunnata (Kekosongan)?“.
- Hal yang sama terjadi pada “Buddhisme Theravada” juga. Buddhaghosa, seperti Nagarjuna dan yang lainnya, bahkan bukan seorang Sōtapanna. Dia adalah brahmin Vēdic sebelum berpindah ke “Buddhisme”, membentuk dan memelintir Buddha Dhamma untuk menyocokkan konsep Vēdic-nya; baca, “Visuddhimagga Buddhaghosa – Sebuah Analisis Terfokus“.
- Anapana Bhavana Buddha diganti dengan meditasi pernapasan Vēdic prañāyāma sebagai salah satu contoh.
Buddhagosa dan Nagarjuna Bukanlah Murid Mulia
2. Cukup memungkinkan kalau Buddhaghosa, Nagarjuna, dan yang lainnya tidak secara sengaja mencoba untuk menyimpangkan Buddha Dhamma. Mereka hanya menjelaskan Buddha Dhamma seperti yang dimengerti oleh mereka dengan latar belakang mereka di konsep Vēdic.
- Bahkan saat ini banyak “cendekiawan” yang menulis banyak buku menjelaskan apa itu “Buddhisme”. Mereka juga menjelaskannya dalam hal yang dimengerti oleh rangka referensi duniawi mereka.
- Ketika kamu lihat kebanyakan buku yang menulis tentang Buddha Dhamma saat ini, seperti tidak ada bedanya antara Buddha Dhamma dan agama lainnya. Mereka semua mengajar “bagaimana menjalani kehidupan bermoral”.
- Ada sangat sedikit diskusi, jika ada, tentang konsep dasar seperti anicca, dukkha, anatta, Paṭicca samuppāda, Anāpānasati, Satipaṭṭhāna. Apapun yang dibahas kebanyakan salah.
3. Saya pikir itulah rintangan terbesar untuk kebanyakan orang dalam mencari tahu ajaran sebenarnya Buddha Dhamma.
- Kita benar-benar perlu merenungkan apa yang Buddha maksud ketika dia bilang, “Dhamma-ku belum pernah diketahui sebelumnya oleh dunia.”
- Itu bukanlah sesuatu yang bisa dimengerti oleh seseorang dengan “kerangka konvensional”, apa yang sudah tersedia untuk dilihat oleh manusia biasa dengan pikiran yang tercemar. Hal ini melibatkan dunia yang lebih luas dengan 31 alam (kita hanya melihat alam manusia dan binatang), proses kelahiran kembali, dan berdasarkan Hukum Kamma; baca, “Esensi Buddhisme – Dalam Sutta Pertama“. Detailnya ada di “Asal Mula Kehidupan.”
Apa Yang Terlihat Oleh Manusia Biasa?
4. Pertama, saya ingin klarifikasi apa yang saya maksud dengan “terlihat” atau “terpahami” oleh kita sebagai manusia biasa. Enam indra kita bisa “mendeteksi” hanya potongan kecil “dunia”.
- Pada tingkat terdasar, sains saat ini hanya mengetahui 4 persen dari alam semesta kita; baca buku “The 4 Percent Universe: Dark Matter, Dark Energy, and the Race to Discover the Rest of Reality”, oleh Richard Panek (2011).
- Ada sangat banyak hal yang belum “ditemukan” oleh sains (atau filosofi). Khususnya, tidak ada hal signifikan tentang PIKIRAN yang telah ditemukan. Sebagai contoh, para ilmuwan kebingungan bagaimana menjelaskan kesadaran bisa muncul di otak yang terbuat dari atom dan molekul yang lembam.
5. Sehingga, mencoba untuk mengukur keabsahan Buddha Dhamma hanya dengan menggunakan fakta yang diketahui sains adalah seperti orang buta yang mencoba mencari tahu seperti apa bentuk gajah hanya dengan menyentuh kakinya; baca, “Bagaimana Kita Menentukan Yang Mana adalah Pandangan Salah (Diṭṭhi)?“.
- Seekor katak yang hidup di dalam sumur tidak tahu apa-apa tentang dunia yang lebih luas. Sama halnya dengan manusia biasa, termasuk semua ilmuwan, menghadapi masalah ketika ingin memahami “realita” hanya menggunakan data yang tersedia melalui enam indra kita yang terbatas. Sehingga tidak mungkin untuk sebuah teori sains untuk menjadi “lengkap” seperti yang dibuktikan oleh ahli matematika Kurt Gödel; baca, “Teori Ketidaklengkapan Godel.”
Sains Masih Jauh di Belakang Sang Buddha
6. Banyak orang pikir dan percaya kalau satu-satunya cara mengonfirmasi apa yang Buddha ajarkan adalah melihat apakah ajaran tersebut cocok dengan sains. Namun, ini tidak ada bedanya dengan percaya kalau seseorang bisa mengetahui bagaimana bentuk gajah dengan bertanya kepada seorang buta yang telah menyentuh kaki gajah. ATAU bertanya kepada seekor katak bagaimana dunia di luar sumur terlihat.
- Ini mungkin terdengar menggelikan untuk banyak orang, tapi mari kita pikir mundur ke beberapa ratus tahun yang lalu. Hanya 400 tahun yang lalu, “sains” memercayai model geosentrik. Bahwa Bumi berada di pusat alam semesta dan bintang-bintang lainnya mengelilingi Bumi; baca, “https://id.wikipedia.org/wiki/Geosentrisme“
- Bukan hanya sains, tapi semua agama utama lain mencoba menyesuaikan agama mereka dengan model ini pada waktu itu. Kebanyakan agama masih memegang konsep tersebut; baca artikel Wikipedia yang di atas.
7. Tapi 2500 tahun yang lalu, Buddha secara jelas menjelaskan Tata Surya kita sebagai “Cakkavāla” atau sebuah sistem planet-planet. Bukan hanya itu, dia juga mengatakan bahwa sistem seperti ini tidak terhitung jumlahnya di alam semesta. Sebuah tindakan buang-buang waktu untuk mencari detail seperti itu tentang alam semesta.
- Melewati banyak tahun, dan terutama sejak awal abad ke-20, sains telah “menemukan kembali” beberapa aspek dari dunia lebih luas Buddha, termasuk keberadaan miliaran galaksi YANG MASING-MASING memiliki miliaran sistem planet-planet seperti Tata Surya kita.
- Tapi seseorang yang hidup di abad ke-19 kemungkinan besar dicemooh dengan ide sistem planet-planet (Cakkavāla) tak terhitung dan bisa mengatakan, “mana bukti dari sains?”. Aspek Buddha Dhamma tersebut tidak setuju dengan “sains” saat itu.
- Seperti banyak aspek dari Buddha Dhamma yang tidak setuju dengan sains pada saat ini. Tapi suatu saat, akan lebih banyak lagi yang ditunjukkan sebagai benar seiring majunya sains.
Apa Yang Buddha Ajarkan
8. Dalam Abhidhamma, dijelaskan secara detail bagaimana semua jenis energi di alam semesta “tersimpan” dalam gerakan mengorbit (“bramana” dalam Pāli atau Sinhala); baca, “31 Alam Yang Terkait Dengan Bumi“.
- Sebagai contoh, sistem planet adalah planet mengorbit bintang-bintang. Sistem-sistem planet tersebut berkombinasi untuk membuat suatu galaksi, dan galaksi tersebut juga melalui gerakan memutar dalam bentuk cakram; baca https://en.wikipedia.org/wiki/Retrograde_and_prograde_motion#Formation_of_celestial_systems
- Para ilmuwan menemukan bahwa atom pada dasarnya elektron yang mengorbit nukleus kecil yang terbuat dari proton dan neutron.
9. Jika seseorang ingin menunggu konfirmasi lengkap Buddha Dhamma oleh sains, dia adalah seorang bodoh seperti mereka yang hidup lima ratus tahun yang lalu dan memeluk model geosentrik dan menepis Buddha Dhamma sebagai “eksotis” atau “mistis”.
- Kita beruntung bisa hidup di waktu saat sains telah membuat kemajuan yang mengesankan dan telah mengonfirmasi banyak aspek dari pandangan dunia Buddha.
- Seperti penemuan teleskop membawa kita ke penemuan kosmos yang jauh lebih besar, penemuan mikroskop (dan versi-versi lebih canggih lain) membawa kita ke “dunia mikroskopik” penuh dengan makhluk hidup mikroskopik yang sebelumnya tidak diketahui. Ada miliaran makhluk seperti itu di satu tubuh manusia. Baca, “Ada Banyak Makhluk di Tubuhmu Seperti Banyaknya Orang di Bumi!“.
Alat-Alat Ilmiah Masih Primitif
10. Sains bisa menerima hanya fenomena-fenomena yang bisa dilihat dan diukur oleh instrumen ilmiah. Instrumen ilmiah seperti itu secara dasar adalah “perpanjangan” dari enam indra kita; baca, “Meluaskan “Kesadaran” Dengan Menggunakan Teknologi“.
- Sebagai contoh, walau kita tidak bisa melihat bulan-bulan di Jupiter dengan mata telanjang kita, kita bisa melihatnya dengan teleskop. Walau kita tidak bisa melihat makhluk-makhluk mikroskopik di tubuh kita dengan mata telanjang, kita bisa melihat mereka dengan mikroskop canggih. Kedua ini hanyalah contoh dari banyak contoh lainnya.
- Ketika Buddha mengatakan makhluk hidup di dunia ini tak terhitung jumlahnya, manusia melihat ke sekitar dan tertawa. Para Mahayaṃis masih memiliki kesan bahwa seseorang bisa menunggu untuk mencapai ke-Buddha-an (bukan hanya Nibbāna) sampai “semuanya” siap untuk mencapai ke-Buddha-an! Namun, mereka tidak sadar bahwa semua miliaran makhluk mikroskopik yang ada di tubuh seseorang tersebut harus termasuk di kategori “semuanya.”
11. Ini hanyalah ujung dari gunung es batu. Saat sains telah mengonfirmasi bahwa ada sistem-sistem planet tak terhitung, sains belum bisa menemukan kehidupan di sistem planet lain. Saat itu terjadi, “menunggu ke-Buddha-an” untuk para Mahayānis akan menjadi jauh lebih lama.
- Hal yang sama, pekerjaan dari “Pencipta” apapun yang menjaga setiap dan semua makhluk (walaupun hanya manusia), juga akan menjadi beban yang tidak tertahankan. Itu karena ada sistem-sistem dunia tak terhitung dengan manusia juga.
- Saya tidak sedang mengejek yang lain, tapi hanya mencoba memberikan pengertian, bagi mereka yang bisa berpikir untuk diri sendiri, bahwa sudah waktunya menyingkirkan seluruh kepercayaan omong kosong seperti itu dan pandangan salah; mereka semua adalah micchā diṭṭhi.
- Menyingkirkan pandangan-pandangan salah seperti itu harus dilakukan sebelum memulai meditasi bermanfaat apapun. Pemurnian melalui “pandangan benar” datang sebelum “pemurnian melalui meditasi formal.” Sammā Diṭṭhi atau “pandangan benar tentang dunia ini” adalah yang pertama dalam Jalan delapa ruas.
12. Ketika kita mendengar tentang sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan PENGETAHUAN SAINS SAAT INI, kita mengategorikan mereka sebagai “esoteris” atau “mistis”. Tentunya, ada banyak “teori buatan” seperti itu di luar sana yang tanpa substansi. Namun, Buddha Dhamma bisa TERLIHAT SECARA KONSISTEN dengan seluruh pengetahuan kita tentang dunia.
- Jika kita bisa menghidupkan kembali seseorang yang telah mati sebelum abad ke-20 dan memberi tahu dia bahwa kita bisa “melihat” sebuah peristiwa di negara yang jauh pada waktu yang sama, dia tidak akan memercayainya. Jika kita menyalakan televisi dan memperlihatkan peristiwa yang sedang terjadi tersebut kepadanya, dia akan sangat terheran; dia akan menolak percaya mengatakan bahwa itu sebuah tipuan sulap.
- Tapi sekarang kita tahu kalau visual dan suara kejadian tersebut dapat diubah dan dipancarkan jarak jauh hampir secara instan, dan bisa menangkap sinyal tersebut dengan “menyetel sebuah televisi” ke frekuensi yang benar.
- Kamma vipāka (energi tersimpan) atau kelahiran kembali yang terjadi di lokasi yang jauh bekerja dalam cara yang sama. Walaupun kita tidak bisa “melihat” atau memperhatikan, energi tersebut bisa terbentuk ketika kondisi-kondisi menjadi cocok; baca, “Annantara dan Samanantara Paccaya“. Akan butuh waktu untuk memahami konsep-konsep ini, tapi semakin kamu membaca, semakin kamu akan mengerti.
Konsistensi Mandiri Sangat Penting
13. Ada dua metode utama dalam sains untuk memverifikasi sebuah teori ilmiah tertentu. Mereka memiliki beberapa aksioma dasar yang terlihat tidak boleh dilanggar. Maka seluruh teori-teori sains lain yang saat ini diterima harus KONSISTEN dengan aksioma-aksioma tersebut.
- Jika sebuah teori ilmiah yang saat ini diterima terbukti tidak konsisten dengan fenomena yang baru ditemukan, maka teori ilmiah tersebut dibuang dan sebuah teori baru diadopsi.
- Belum ada penemuan ilmiah sampai saat ini yang terbukti tidak konsisten dengan Buddha Dhamma murni seperti yang disebutkan di Tipiṭaka.
- Namun, ada banyak hal dalam Buddha Dhamma yang belum dikonfirmasi oleh sains. Semakin banyak yang terkonfirmasi sewaktu penemuan baru muncul.
- Dan, Buddha Dhamma konsistensi mandiri. Karena itu obsesi saya untuk memastikan seluruh tulisan saya saling konsisten.
14. Ada dua cara untuk menguji keabsahan Buddha Dhamma. Pertama adalah konsistensi-mandiri di dalam konsep-konsep fondasi, seperti Tilakkhana, Empat Kebenaran Mulia, Jalan Mulia Delapan Ruas, Paṭicca Samuppāda, dll. Kedua adalah kecocokannya dengan “temuan-temuan baru” oleh sains.
- “Penemuan baru oleh sains” di sini bukan selalu berarti penjelasan yang diberikan oleh sains menggambarkan “kebenaran absolut.” Itu karena penjelasan ilmiah bisa berubah seiring berjalannya waktu (sebagai contoh, model geosentrik harus diubah).
- Jika sains menemukan bukti untuk kehidupan di luar angkasa, itu akan konsisten dengan Buddha Dhamma. Namun, apa yang diutarakan sains seperti bagaimana kehidupan seperti itu muncul belum tentu yang benar.
Kekuatan Pikiran Yang Termurnikan
15. Seseorang perlu merenungkan implikasi poin-poin ini (dan ada banyak yang akan saya sebutkan di tulisan-tulisan lain). Bagaimana seorang manusia yang hidup 2500 tahun yang lalu mampu menjelaskan dunia kita secara terperinci seperti ini? Hal itu baru saja mulai “ditemukan kembali” oleh usaha dari ribuan ilmuwan melalui banyak generasi.
- Cukup jelas bahwa Buddha mampu melampaui semua “kapabilitas manusia biasa” dengan memurnikan pikirannya. Sehingga Teori Ketaklengkapan Gödel tidak berlaku untuk Buddha Dhamma; baca #5 di atas.
- Sehingga Dhamma-nya tidak akan “setuju” dengan rangka dasar referensi yang kita semua miliki sebagai manusia biasa. Konsep seperti kelahiran kembali dan kamma vipāka mungkin terdengar misterius. Satu-satunya cara untuk melihat kebenaran konsep-konsep tersebut adalah meletakkannya pada metode ilmiah standard seperti yang dibahas di atas.
16. Faktanya tetap kalau sang Buddha mampu melihat itu dan lebih banyak lagi hanya dengan memurnikan pikirannya. Dan sains belum mampu memahami “Kekuatan Pikiran Manusia“.
- Sains modern sangat jauh di belakang Buddha Dhamma mengenai pikiran; baca bagian “Abhidhamma“.
- Seorang manusia bisa memurnikan pikirannya sampai ke tingkat seorang Buddha secara rata-rata hanya satu kali dalam banyak eon. Namun, memungkinkan bagi masing-masing dari kita untuk memurnikan pikiran kita sampai ke tingkat bisa melihat banyak fakta mengenai alam yang tidak disadari oleh sains.
- Rasa lega dan sejahtera yang dicapai seseorang dengan memurnikan pikirannya melampaui kenikmatan indra apapun.
Kenikmatan-Kenikmatan “Dunia Ini” Sangat Singkat
17. Sebagai contoh, walau seseorang bisa menikmati makanan terbaik di Bumi hanya dengan memakan makanan tersebut. Berapa lama hal itu bertahan? Pengalaman Jhāna (Ariya atau bahkan anariya jhānā) bisa bertahan lebih lama.
- Namun, “tingkat dasar” dari “pendinginan” atau Nibbāna atau “niveema” atau “nivana” yang muncul pada tahap Sōtapanna bertahan selamanya. Tidak ada bandingannya kepada kenikmatan indra singkat manapun atau bahkan “kenikmatan jhāna”.