Direvisi 22 Januari 2019; 22 August 2019; 26 February 2020
1. Baik itu seorang ilmuwan atau seorang Buddha, masing-masing “menemukan” cara alam bekerja, yaitu mengungkapkan kepada dunia apa itu hukum fundamental alam. Untuk mengapresiasi apa yang dilakukan seorang Buddha dibandingkan dengan seorang ilmuwan, renungkanlah hal berikut. Pengetahuan sains yang kita punya saat ini adalah usaha KUMULATIF dari ribuan ilmuwan, yang masing-masing mengembangkan pengetahuan yang sudah ada sedikit lebih maju. Seperti yang dikatakan Newton, “Saya beruntung dapat berdiri di pundak para raksasa untuk melihat lebih jauh.”
- Tidak semua ilmuwan membuat kontribusi yang sama. Galileo, Newton, dan Einstein membuat “lompatan jauh” dibandingkan dengan langkah-langkah kecil ilmuwan lain.
- Dengan usaha kumulatif ratusan tahun, sekarang sains telah melakukan kemajuan yang besar dalam pengertian beberapa hukum fundamental yang berhubungan dengan MATERI PADAT.
- Di sisi lain, hampir tidak ada kemajuan dalam pengertian mengenai cara kerja batin; baca, “Consciousness – A Dhamma Perspective.”
2. Dengan menelusuri situs ini, siapapun seharusnya jadi bisa melihat kalau Buddha Dhamma adalah Teori Manunggal Agung yang mutlak. Teori ini menjelaskan perilaku materi padat dan makhluk hidup yang bisa kita lihat. Dan teori ini juga menjelaskan eksistensi jumlah dunia yang tak terbatas dengan makhluk hidupnya di 29 alam lain (alam yang tidak bisa kita lihat). Baca, “Teori Manunggal Agung Dhamma.”
- Buddha Dhamma bukan sebuah agama dengan maksud memberikan pembebasan. Sang Buddha bukan Tuhan, nabi, atau utusan ilahi. Ia seorang manusia yang memurnikan batinnya sampai mencapai kesempurnaan agar ia bisa melihat seluruh eksistensi.
- Sang Buddha adalah ilmuwan terhebat yang menginvestigasi masalah dari eksistensi dan menemukan solusi lengkapnya. Kita semua perlu menemukan pembebasan kita dengan mengikut Jalan yang telah diberikan untuk memurnikan batin kita.
3. Newton tidak akan bisa menemukan hukum gravitasi jika bukan karena usaha para ilmuwan seperti Brahe dan Copernicus. Sama halnya dengan Einstein tidak akan bisa menemukan relativitas tanpa pengetahuan yang diturunkan oleh ilmuwan lain. Mekanika kuantum tidak mungkin ditemukan tanpa usaha dari banyak ilmuwan yang bergerak maju dengan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh ratusan ilmuwan lain.
- Sebagai perbandingan, sang Buddha menemukan susunan lengkap hukum-hukum mengenai SELURUH EKSISTENSI dengan usahanya sendiri. Bukan hanya bagaimana materi padat berperilaku di Bumi ini tapi juga seluruh eksistensi di 31 alam (yang bahkan tidak disadari oleh sains). Ini juga termasuk bagaimana materi padat berperilaku di seluruh 31 alam DAN batin para makhluk di 31 alam tersebut.
4. Bisa kita katakan bahwa batin dengan kaliber Newton dan Einstein muncul setiap sekitar 100 tahun. Batin seorang Buddha sangat jauh lebih canggih dan muncul sekali dalam miliaran tahun jika beruntung.
- Telah ada empat Buddha dalam Mahā kappa ini, tapi Buddha terakhir sebelum mereka dilahirkan 30 Mahā kappa yang lalu. Sehingga ada jarak 30 Mahā kappa (sekitar 1 triliun tahun) tanpa seorang Buddha muncul di dunia ini.
- Para Buddha menggunakan metode yang berbeda dari “metode sains” yang digunakan para ilmuwan. Alih-alih melakukan eksperimen terhadap materi padat, mereka melakukan eksperimen batin. Jawaban terhadap pertanyaan mutlak terhadap eksistensi makhluk hidup yang memiliki batin yang kompleks bisa ditemukan hanya dengan MEMURNIKAN batin manusia ke tingkat tertinggi. Itulah yang seorang Buddha lakukan.
5. Saya akan coba memberikan beberapa detail tentang pandangan dunia yang rumit yang diberikan oleh sang Buddha di situs ini. Buddha Dhamma telah dikacaukan dan terdistorsi dalam 2500 tahun ini.
- “Dunia kita” jauh lebih rumit dibandingkan apa yang dapat kita tangkap dengan indra kita; baca, “Teori Manunggal Agung Dhamma.”
- Dan kehidupan kita tidak berakhir dengan yang saat ini; baca, “Bukti Kelahiran Kembali.”
- Kedua fakta itu merupakan dasar dari sifat sebenarnya eksistensi. Hal itu perlu secara hati-hati dipikirkan. Seseorang tidak bisa memahami pesan sang Buddha sampai ia paling tidak memahami gagasan “gambaran besar” ini.
Mari kita menyelidiki satu kasus yang dibutuhkan sains 2500 tahun untuk menjadi konsisten dengan satu bagian dari pandangan dunia Buddha Dhamma.
Butuh 2500 Tahun
Berikut adalah foto dari galaksi Bima Sakti kita. Kita hanya bisa melihat beberapa ribu bintang. Tapi ada ratusan miliar bintang di galaksi kita, dan ada jumlah GALAKSI yang kira-kira sama di alam semesta kita. Sehingga untuk setiap bintang di galaksi kita, ada satu galaksi di luar sana. Benar-benar menakjubkan.

1. Bahkan beberapa ratus tahun yang lalu para ilmuwan percaya kalau Bumi kita berada di pusat alam semesta: https://id.wikipedia.org/wiki/Geosentrisme
- Karena itu pandangan Buddha tentang alam semesta yang memiliki “sistem dunia” yang tak terhitung terlihat buruk beberapa ratus tahun yang lalu.
- Tentunya sekarang sudah berubah. Pernyataan Buddha bahwa ” tidak ada awal mula kehidupan yang bisa dilihat” juga akan menjadi benar dengan setiap penemuan sains baru.
2. Dalam Buddha Dhamma, tidak ada Sebab Pertama (tidak ada Pencipta): Kehidupan selalu ada, dan akan selalu ada. Setiap makhluk hidup telah melalui proses lahir-terlahir kembali yang tak terhitung tanpa awal yang terlihat. Namun, semua di dalam “dunia sekitar kita” tidak permanen, termasuk alam semesta kita (sebuah “sistem dunia utama” dalam Buddha Dhamma).
- Semuanya lahir, memiliki eksistensi sementara, dan akhirnya lapuk. Dan ini termasuk alam semesta kita. Bintang (dan sistem planet yang berhubungan), seperti segalanya, menjadi ada dan pada akhirnya hilang.
3. Jika tidak ada awal dari kehidupan, maka di mana kehidupan berada sebelum “ledakan dashyat”, yaitu sebelum alam semesta kita menjadi ada? (Sebenarnya, dipercaya bahwa kehidupan di Bumi berevolusi jauh lebih belakangan,)
- Orang-orang yang hidup beberapa ratus tahun yang lalu harus mengambil perkataan Buddha yang ini secara keyakinan saja. Tapi kita beruntung bisa diyakinkan oleh fakta yang yang diberikan oleh sains modern untuk percaya kalau kehidupan telah ada selamanya. Mari kita lihat bukti-bukti yang ada.
4. Bahkan sampai pada awal tahun 1900-an, Tuan Kelvin (salah satu ilmuwan hebat pada zamannya), memperkirakan umur Matahari hanya <40 juta tahun. Ia memperkirakan waktu tersebut berdasarkan kontraksi gaya gravitasi (ilmuwan tidak tahu tentang fusi nuklir saat itu). Pengetahuan kita tentang alam semesta juga masih terbatas pada Tata Surya kita. Ini berarti umur dari “alam semesta yang diketahui” kita masih sangat pendek, sehingga ajaran Buddha tentang samsāra (atau sansāra) tanpa awal terdengar seperti sebuah mitos.
- Kebenaran dari ajaran sang Buddha dimulai pada awal 1900-an dengan kemunculan mekanika kuantum dan relativitas. Penemuan radioaktivitas pada 1898 oleh Becquerel dan penjelasan Einstein tentang efek fotoelektrik pada 1905 menuntun ke teori kuantum dari struktur atomik. Hal tersebut menuntun ke gambaran benar dari fusi nuklir sebagai sumber energi solar.
- Jadi, pada tahun 1956 umur tata surya kita diketahui >4 miliar tahun, dan umur alam semesta diperkirakan sekitar 14 miliar tahun. Bahkan miliaran tahun sama sekali tidak sama dengan “waktu tanpa awal”!
5. Pada 1929, Edwin Hubble membuktikan kalau galaksi-galaksi jauh bergerak saling menjauhi. Dan galaksi kita hanyalah satu dari banyak galaksi. Ini pernyataan sangat meremehkan karena sekarang kita tahu ada 400 miliar galaksi di alam semesta yang terlihat!
- Teori yang saat ini diterima dari “ledakan dahsyat” adalah teori inflasi oleh Alan Guth. Baca, “The Inflationary Universe” oleh Alan Guth, (1997).
- Namun, ada sejumlah minoritas para ilmuwan yang tidak percaya dengan “Ledakan Dahsyat”. Mereka mengajukan teori alternatif; baca, “Endless Universe” oleh Paul J. Steinhardt dan Neil Turok (2007). Dalam pandangan ini, alam semesta hancur dan terlahir kembali.
6. Pandangan dunia Buddha tidak memiliki awalan “Ledakan Dahsyat” juga. Kehidupan sudah selalu ada dan akan selalu ada di masa depan.
- Saya akan membahasa beberapa aspek dari “awal mula” ketika saya telah memiliki materi latar belakang yang cukup di situs ini.
- Beberapa konsep utama yang dibahas di tulisan ini, “Buddhism and Evolution – Aggañña Sutta (DN 27).”
7. Omong-omong, ada beberapa teori yang saat ini sedang dikaji dalam mekanika kuantum yang berhubungan dengan kosmologi. Ada satu teori yang membutuhkan sebuah alam semesta harus ada untuk setiap kemungkinan! Jadi, mungkin ada alam semesta paralel yang tak terhingga. Sebagai contoh, baca “The Beginning of Infinity” oleh David Deutsch (2011). Di semua teori ini, berbagai alam semesta selalu ada.
- Sang Buddha tentunya tidak mengatakan mana dari teori-teori ini yang benar. Ia hanya mengatakan kehidupan sudah selalu ada, dan akan selalu ada. Tapi ia mengatakan kalau “sistem bintang” – seperti Tata Surya kita – muncul, bertahan untuk waktu yang lama, dan pada akhirnya hancur.
- Dan proses tersebut tejadi berulang-ulang!
8. Informasi lebih banyak di, “Dhamma dan Sains” dan “Quantum Mechanics and Dhamma.”